Wednesday, September 2, 2009

Satu Musim

Sudah tidak ada lagi canda yang menghapus liurku setiap pagi
Di musim yang lalu, bergelak tawa menghapus kesal, marah, apalagi resah
Aku cuma tahu rasanya bahagia, saat itu
Lalu musim berganti
Awan hitam menggiring gemuruh petir
Kemarau telah menguapkan tawaku setiap pagi
Hujan mengiringi pelan bening air mataku yang asin
Aku pun tahu, tawaku hanya berlaku di satu musim saja

0 comments: